Head

Breaking News

Rumah Kai - Tihulale - Kamariang - Saruawan, Seram Barat, Maluku (Lost in Ride part V)

Air Terjun Rumah Kai, Seram Barat
Perjalanan di Jazirah Hatawano merupakan perjalanan terakhir di pulau Saparua, berhubung budget udah mulai menipis jadi ya harus balik *curhat*.
Berhubung hari itu tidak ada fery yang langsung dari Pulau Saparua ke Pulau Ambon, akhirnya ada plan B, menyebrang ke Pulau Seram dan dari Pulau Seram baru menyebrang ke Pulau Ambon.

Untuk sekedar informasi; Fery dari pulau Ambon (Waai) ke pulau Saparua (Kulur) tidak setiap hari ada.Tidak seperti fery penyebrangan Pulau Seram (Wailei) ke Pulau Saparua (Kulur) dan Pulau Seram (Waipirit) ke Pulau Ambon (Liang) yang ada setiap hari. Jadi kalau ingin menggunakan fery dari pulau Ambon ke pulau Saparua harus dicek jadwal ferynya terlebih dahulu takutnya jadwalnya berubah.

Alternatif jalan balik menuju pulau Ambon yang kita ambil dari Pulau Saparua (Kulur) menyebrang ke Wailei (pulau Seram) singgah sehari di Tihulale (Seram) dan kembali ke Ambon melalui pelabuhan Wipirit (Seram) menyebrang ke Liang (Ambon).
Narsis di depan penginapan sebelum meninggalkan pulau Saparua
Sekitar jam 8 pagi, sebagian sudah berkemas kemas di penginapan sebagian lagi masih molor. haha..dasar kepala ayam semua. Singkat cerita jam 9 semua udah berkemas dan siap. Tidak lupa untuk mengembalikan kunci penginapan ke penjaganya yang udah baik banget memperbolehkan kami untuk nginap 6 orang dalam 1 kamar.

Penginapan Duurstede, Saparua ini sangat recommended buat para pejalan khususnya para backpacker yang memang nyari yang serba murah meriah. Lokasinya tepat berada di samping benteng Duurstede dan depannya langsung Pantai Waisisil yang keren. Per harinya cuma 75 ribu rupiah, kasur gede dan nyaman, ruangan besar, kamar mandi dalam. Harga segitu dengan fasilitas gituan kurang apa coba? Hehe..

Lanjut ke cerita, pukul 9 tepat kami menuju tampatnya kaka Ona yang udah berbaik hati untuk memperbolehkan kami makan disana selama kami di Saparua. Setelah pamitan, langsung tempur menuju Kulur, karna katanya Fery dari Seram tibanya pukul 11. Jadi tancap......

Sampai di Kulur, ternyata eh ternyata Fery nya itu sampenya pukul 1 kata si bapak yang jaga pelabuhan. Daripada nunggu kepanasan di pelabuhan mending nunggu fery nya sambil mandi di pantai kulur yang airnya jernih, hitung hitung mandi pagi. Hahaha
Mandi Sambil Nunggu Fery
Jangan Lupa Selfie guyss
Saking asiknya mandi di pantai keren ini, sampai hampir lupa kalo fery yang kita tunggu tunggu sdudah hampir sampai di pelabuhan. Setelah sadar, kami segera bergegas menuju pelabuhan.

Tiket untuk mnyebrang ke Wailei (pulau Seram) harganya sekitar 35ribu per motor, orangnya tidak dihitung kayak dari Waai (Ambon) ke Kulur (Saparua). Jadi lumayan ringan di kantonglah. Hehehe, apalagi kita dibantu sama kakaknya kaka Ona yang udah kasi diskon untuk 1 motor. Danke banya kaka Lucky.

Setelah tiketnya beres, langsung naik ke Fery dan take off ke pulau Seram. Slamat tinggal pulau Saparua. Perjalanana untuk menuju Wailei (Seram) dari Kulur (Saparua) memakan waktu sekitar 1 jam saja.
Fery ke Wailei (Seram) tiba
Leaving Saparua Island
Setelah 1 jam, sampailah di Wailei (pulau Seram)
Well, sesampainya di Wailei, Seram kami langsung bergegas menuju Tihulale. Kebetulan salah satu teman kami ada yang rumahnya disana jadi ya anggap rumah sendiri saja haha... Entah karena rindu dengan teman kami itu (kebetulan cewek) atau karena faktor lapar motor pun dipacu sekencang kencangnya karena berhubung jalanan lintas seram tidak terlalu ramai dengan kendaran jadi boleh ngebut dan sampailah. 

Setelah istirahat sejenak, kami  bersiap pergi ke Saruawan untuk makan siang di rumah salah satu teman kami yang ada dalam rombongan. Tidak lupa bawa pakaian ganti karena rencananya sehabis makan siang (padahal makan udah jam 4 sore) lansung menuju ke Air Terjun yang ada di Rumah Kai, Seram Barat.

Air terjun di Negeri/Desa Rumah Kai sebenarnya ada 2, berhubung yang satunya itu ada yang jaga alias masuk itu harus bayar, ya jadinya kita ke air terjun yang satunya lagi yang free. Hehehe...dasar muka gratisan semua. Jarak air terjun ini dari depan jalan cukup jauh, untungnya motor kami bisa masuk sedikt kedalam dan seterusnya berjalan kaki.
Air terjun ini lumayan tinggi kira kira kalo diukur yan sekitar 30 meteran lah. Airnya sangat dingin tapi tetap segerrrr. Air terjun yang satu ini tidak terlalu dalam pada area bawahnya sehingga tidak bisa lompat dari atas batu di sekitarnya, tidak seperti air tenjun yang satunya lagi. Tapi tidak masalah yang penting keren dan bisa mandi di alam. heheuu
Air terjun Rumah Kai, Seram
Airnya Dingin n Segerrr
Narsis dari atas Batu
Setelah puas mandi di air terju ini, kami menyempatka diri di Kamariang, salah satu teman kami yang lagi panen cengkeh. Sekitar 15 menit dari Rumah Kai kami sudah sampai di Kamariang. Sampainya kami di sambut dengan tumpukan cengkeh yang baru saja panen. Kebetulah saat itu di pulau Seram lagi musim panen Cengkeh.

Belom nyampe saja aroma cengkehnya sudah menyeruak. Haha...jadi tahu kenapa bangsa Eropa dulu bela belain jau jauh datang ke maluku hanya untuk rempah rempah ini. Jadi bangga jadi anak Maluku
yang kaya akan rempah rempah.
Memisahkan tangkai dari buah cengkeh
Cengkeh baru panen
Dan berhubung waktu sudah larut malam, kami pun pamitan dan segera kembali ke Tihulale untuk tidur dan persiapan untuk balik ke Ambon essok harinya.
Kairatu, Seram Barat
Menuju Pelabuhan Waipirit, Seram Barat
Pelabuhan Waipirit, Seram Barat
Sampai di Liang, Ambon
Rombongan Trip:
  1. Norris Paul
  2. Eddie Liku 
  3. Steven Umenebon 
  4. Ivander Somar 
  5. Billy Pentury 
  6. Kalvin Haurissa 
Spesial danke banya banya ke:
  1. Kaka Ona dan keluarga di Saparua
  2. Ike Pariama dan Keluarga di Tihulale
  3. Wilgraf Tuhenay dan keluarga di Kamariang
  4. Billy Pentury pung keluarga si Saruawan
Demikian sedikit cerita dari perjalanan kami dan sampai ketemu di perjalanan kami berikutnya.....

Tidak ada komentar