Head

Breaking News

Eksotik Maluku Tenggara Barat, Kini Berganti Nama Kepulauan Tanimbar

Tarian Tanimbar
Maluku Tenggara Barat adalah salah satu kabupaten pemekaran Maluku Tenggara. Beribukota Saumlaki dan terletak di pulau Yamdena atau sering disebut kepuauan Tanimbar. Sebelumnya saya sudah sedikit menulis tentang ibukota kabupaten ini Saumlaki.

Pada kesempatan kedua saya pergi ke kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), saya sangat beruntung bisa mengeksplore lebih luas lagi beberapa tempat di kabupaten Maluku Tenggara Barat. Karena kebetulan perjalanan saya kali ini di MTB bertujuan untuk meliput kebudayaan yang ada disana untuk project pariwisata Maluku kerjasama dengan dinas Pariwisata Maluku.

Sesampainya disana kami langsung menuju desa Wowonda sebagai homestay kami selama di MTB, karna kebetulan salah satu teman kami adalah orang asli disana.

MTB kalo dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai Wisata Bahari memang bisa dibilang kalah. Karena Wisata Bahari di kabupaten ini memang agak kurang seperti pantai. Tapi jangan salah, MTB boleh kurang soal wisata bahari tapi tidak kalah soal kebudayaan dan tradisi yang sangat kental disini.

Dibandingkan dengan daerah daerah lain di Maluku yang pernah saya datangi mungkin MTB adalah salah satu daerah yang sangat mengagumkan dan luar biasa. Khususnya untuk masyarakat disana. Contoh kecilnya adalah soal bahasa. Setiap daerah yang kami kunjungi disana, mayoritas masyarakatnya mengunakan bahasa daerah masing masing mulai dari anak anak sampai orang dewasa. Hal ini sangat jarang dijumpai di daerah daerah lain khususnya di Maluku. Mungkin sekarang jamannya serba moderen sehingga kebanyakan sudah mulai melupakan bahasa daerah mereka.

Di kabupaten MTB kami berkesempatan mengunjungi beberapa tempat untuk melihat dan mengabadikan beberapa kebudayaan dan tradisi yang ada disana. Ini tempat tempat yang sempat kami datangi di MTB.

1. Desa Wowonda.
Pemandangan batuflang dari atas bukit desa Wowonda, MTB
Desa Wowonda merupakan homestay kami selama berada di kabupaten MTB. Ini kedua kalinya saya berada di desa ini jadi waktu kembali datang kesana itu seperti pulang ke kampung saya sendiri. Hehe. Jarak desa ini dari kota saumlaki sekitar 15 menit mengunakan kendaraan darat.
Bisa dibilang kegiatan kami berpusat di desa ini, karena di desa ini kami dapat menyaksikan tradisi Bakar Batu khas masyarakat MTB, Tarian Tanimbar, Tenunan dan Anyaman. Selama ini kita hanya tau bahwa tradisi bakar batu itu hanya ada di Papua tapi kita salah coi,,di kabupaten MTB juga ada. Selain tradisi dan kebudayaan yang terjaga, di desa ini juga memiliki pemandangan alam yang luar biasa. Kalo anda memasuki desa ini anda akan terkesima dengan pemandangan sebuah batu besar yang ada di tengah laut yang seolah olah memangil kita. 
Di pesisir pantai ini juga ada gua gua, dan batu batu besar dan ada juga pantai berpasir putih yang ukurannya kecil tapi cantik dihisasi batu batu karang yang besar disekitar pantai dan hutan mangrove.
Di bagian barat desa wowonda ada sebuah gua yang sangat misterius oleh masyarakat setempat. Mereka sering menyebut goa itu dengan nama "Bangruti" yang artinya Goa Kelelawar. Dinamakan demikian karena kenyataannya memang goa itu dipenuhi oleh kelelawar dan konon katanya goa tersebut tidak memiliki ujung.
Tenunan kain khas Tanimbar
Tradisi Bakar Batu
Pantai Ampiyain
Batuflang
Goa Bangruti
Goa Bangruti
2. Desa Lorulun.
Rumah Adat Tanimbar di desa Lorulun
Desa Lorulun terletak bersebelahan tanjung dengan desa Wowonda. Di desa ini terdapat rumah adat Tanimbar dan Gereja Katolik pertama yang pernah dibangun di Tanimbar.
Rumah adat tersbut sekarang ditinggali oleh kepala desa tersebut dan itu merupakan tradisi disana. Jadi setiap kepala desa yang terpilih harus menempati dan merawat rumah adat tersebut.
Sedangkan Gereja St.Petrus an Paulus yang berdiri gagah ditengah desa merupakan gereja tertua di tanah tanimbar. Ada beberapa cerita yang mengatakan bahwa setelah para missionaris datang ke tanimbar dari Kei, gereja inilah yang pertama dibangun. Sudah beberapa kali ada wacana untuk merenovasi gereja ini, tapi wacana tersebut ditolak oleh masyarakat desa Lorulun. jadi bangunan Gereja Tua ini masih asli.
Pemandangan Dari depan rumah Adat
Rumah Adat dari Samping
Gereja Katolik tertua di Tanimbar
3. Desa Olilit
Monumen Kristus Raja di desa Olilit Barat


Maluku Tenggara Barat yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, membuat kita dapat merasakan unsur religi yang sangat kental. Disetiap desa kita pasti menemukan gua Maria. Nah mungkin karena itu di desa Olilit Barat dibangun sebuah monumen yang dinamakan Monumen Kristus Raja sebagai tempat Wisata Religi di MTB. Kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan religi sering sekali di pusatkan di sini.
Bisa dibilang kompleks Monumen ini cukup luas dan strategis karena ada di daerah perbukitan sehingga para pengunjung dapat melihat pemandangan laut dari atas bukit ini.
Patung Bunda Maria
Patung Yesus disalibkan
Bunda Maria memangku Yesus
4. Desa Sangliat
Papan nama sebelum memasuki desa Sangliat dol
Soal tradisi dan kebudayaan yang kental memang kabupaten MTB tidak ada habisnya, salah satu daya tarik peiwisata di kabupaten ini berada di desa Sangliat Dol. Desa ini sudah ditetapkan oleh Disparekraf (Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) sebagai desa cagar budaya di MTB.
Yang menjadi andalan di desa ini adalah peninggalan budaya kuno Perahu Batu dan Tangga Batu. Perahu batu sendiri merupakan sebuah altar untuk upacara adat para nenek moyang masyarakat setempat pada jaman dahulu kala. Sampai sekarang masyarakat desa ini pun selalu melakukan perayaan adat mereka tepat di kompleks perahu batu ini. Sedangkan tangga batu merupakan tangga turun dari kompleks perahu batu menuju pesisir pantai desa.
Perahu batu dan tangga batu ini terbuat dari susunan batu. Entah apa yang dipakai oleh para pendahulu untuk merekatkan batu batu tersebut, karena sampai sekarang kondisi perahu batu dan tangga batu masih utuh dan bisa dibilang terlihat sangat kokoh.
Terlihat di sebagian batu batu ada gambar gambar/relief yang masih terlihat jelas seperti gambar burung dan tulisan tulisan kuno.
Sayangnya kami tidak sempat menemui kepala desa Sangliat Dol untuk menggali informasi lebih lanjut tentang peninggalan budaya kuno ini.
Meja di atas perahu Batu

Perahu Batu
Gambar/ukiran berbentuk burung di dinding perahu batu
Perahu Batu Tampak depan
Tangga Batu menuju pesisir pantai
Kompleks perahu Batu

5. Desa Waturu.
Bak penampungan mata air di desa Waturu
Desa Waturu merupakan desa yang sangat melelahkan untuk ditempuh. hehe. Bagaimana tidak? Bayangkan saja, jarak desa ini dari ibukota MTB Saumlaki itu beratus ratus kilo. Kurang lebih 4 jam perjalanan yang kami tempuh untuk mencapai desa ini *Capek oii,,pantat keram*
Tujuan kami kedesa ini sebenarnya tidak ada dalam rencana. Tapi karena berhubung desa wowonda (homestay kami) merupakan Pela (saudara antar desa 'istilah orang Maluku) dengan desa Waturu dan kebetulan pada saat kami ada masyarakat desa Wowonda melakukan prosesi adat dengan desa Waturu jadi ya kami penasaran dan ingin ikut ke desa Waturu.
Di desa ini terdapat sebuah mata air yang konon katanya mata air ini tidak pernah habis dan kurang sedikitpun (stabil). Masyarakat setempat pun meyakini bahwa mata air ini adalah salah satu sumber kehidupan mereka jadi tidak sembarang orang bisa mengambil air ini.
Sekarang warga setempat telang membuat bak penampungan untuk matai air tersebut sehingga warga setempat dapat lebih mudah mengambil air.

Sekin dulu perjalanan kedua saya di kabupaten Maluku Tenggara Barat kali ini. Semoga bisa kembali lagi dan bisa mengeksplore lebih banyak lagi daerah daerah lainnya disana.
Kalo ada yang mau nambahin atau mengkoreksi tulisan diatas, langsung dikomen aja. Maaf kalo tulisannya agak tidak karuan. Maklum bukan penulis yang baik. hehe
Ini sedikit cuplikan perjalanan kami selama di MTB:

Tidak ada komentar