Festival Orang Basudara: Refleksi 15 Tahun Konflik Maluku
Terhitung 15 tahun sudah, dimana seluruh masyarakat Maluku menderita
karena konflik kemanusiaan dimana saat itu kita terbelah dua menjadi
Merah dan Putih.
Festival Orang Basudara mempertemukan kembali mereka yg dulu
berkonflik: pasukan Merah dan pasukan Putih. Tapi ada yg beda dengan
pertemuan kali ini.
Masing masih pihak dari kedua kubu tetap membawa senjata mereka
masing masing. Namun senjata yg mereka bawa kali ini berbeda dengan 15
tahun yg lalu.
Bukan lagi parang, tombak ataupun senjata api rakitan. Melainkan alat musik: Totobuang dan Rebanah.
Kedua kubu pun besiap bertarung, tapi bukan secara fisik. Mereka bertarung melalui irama musik yg mereka mainkan.
Dentuman musik mereka seolah olah memanggil seluruh masyarakat untuk
bergabung dengan mereka. Hentakan musik mereka seakan akan berteriak
mengatakan “Katong Samua Basudara”
Kolaborasi kedua pasukan Merah dan Putih tersebut membuat mereka
hanyut dalam suasana persaudaraan. Seperti tidak pernah terjadi apa apa
diantara mereka 15 tahun yg lalu.
"Ale Rasa Beta Rasa" sebuah kalimat yg sangat sederhana namun mempunyai arti yg luar biasa besar.
Rasa kebencian 15 tahun lalu itu pun seakan sirna begitu saja. Karena
itulah dasar hidup orang Maluku: “Laeng Sayang Laeng, Laeng Lia Laeng”
Sudah saatnya orang Maluku bangkit, buang semua segala isu yg
memprovokasi. Kita sudah pernah merasakan betapa menderitanya kita
dijadikan korban dari ketidakbecusan negara ini.
Mari sama sama katong toma maju bangun Maluku basudara samua.
Tete Manis sayang katong!!!
Tidak ada komentar