Head

Breaking News

Batu Kapal, Desa Sathean, Kab. Maluku Tenggara



View Batu Kapal dari Lumba Lumba Cafe

Sebelumnya mohon maaf baru ngepost lagi, lumayan sibuk atau sok sibuk akhir akhir ini. hehe


Tanggal 9 Juni 2015, saya dan teman saya William Renyaan bertolak dari kota ambon menuju ke kota Tual dan kabupaten Maluku Tenggara. Tujuannya untuk mengekslor kota Tual dan kabupaten Maluku Tenggara. Bermodalkan nekat dan patah hati (saya doing) kami pun berangkat menggunakan kapal laut KM. Tidar (curhat).


Butuh 1 hari 1 malam untuk sampai di Tual, tepatnya 12 jam. Sebenarnya ada juga jalur udara untuk menuju kesana, namun dengan alasan untuk berhemat hemat ria jadinya kami memilih menggunakan kapal laut. Di jadwal KM. Tidar sendiri akan singgah sebentar di Banda Naira, Maluku Tengah kemudian lanjut ke kota Tual.


Hari itu cuaca sangat amat galau, hujan pun bercampur dengan angin kencang sampai sampai selama perjalanan kepala saya pusing 7 keliling, untungnya kaga muntah. Hihi. Sampai di Banda Naira pun hujan menyambut. 


Setelah terombang abing selama 12 jam, akhirnya sampailah kami di pelabuhan Kota Tual sekitar jam 11 malam. Dari kota Tual kami langsung menuju ke desa Sathean, kabupaten Maluku Tenggara menggunakan motor pinjaman teman kami. Sekitar 1 jam menggunakan motor kami pun tiba di desa Sathean dan langsung tidur.


Besoknya baru kita mulai jalan putar keliling desa Sathean. Salah satu pesona desa ini adalah Batu Kapal. Batu Kapal sendiri merupakan sebuah pulau karang yang berada tepat di dalam teluk desa Sathean. Bentuknya yang menyerupai kapal merupakan asal nama pulau karang ini sering disebut Batu Kapal.


Konon katanya batu ini adalah kapal perang VOC belanda pada jaman dulu yang berubah menjadi pulau batu karang. Entah rumor itu benar atau tidak ya saya ngak tau pasti. Yang pasti panorama BatuKapal ini keren, tidak salah kalo ada sebuah kafe yang dibuat disekitar desa Sathean yang viewnya berhadapan langsung dengan Batu Kapal ini. Namanya Kafe Lumba Lumba yang saat ini masih dalam tahap renovasi. Konsepnya pun menyatu dengan alam. Wah..pasti keren nanti kalo kafe ini sudah jadi.


Penasaran dengan air laut di sekitar Batu Kapal yang biru ke hijau hijauan, kami meminjam sebuah sampan kecil punyanya masyarakat sekitar dan langsung menuju ke Batu Kapal di tengah teluk. Sambil menikmati panorama sekitar Batu Kapal kami juga sempat memancing dan spearfishing di sekitar Batu Kapal. Lumayan lah buat makan sing, hehe. Sayangnya air lautnya yang jernih tidak diimbangi dengan karang laut yang kebanyakan sudah mati. 


Disekitar Batu Kapal juga terlihat lading rumput laut yang menjadi salah satu komoditi masyarakat setempat.
William sedang menikmati view
Salah satu tempat duduk di lumba lumba cafe
View batu kapal dari lumba lumba cafe
Batu kapal yang berada tepat di teluk
Pesisir Desa Sathean, Maluku Tenggara

Tidak ada komentar